Di
Rumah Sakit Pelita Bangsa, kulihat beberapa perawat dan dokter meributkan
sesuatu. Aku pun penasaran, dengan hati-hati kudekati kerumunan tersebut. Kulihat
anak kecil tergeletak lemah tak berdaya, berlumuran darah dan mengerang
kesakitan. Dapat ku rasakan jika anak tersebut menahan sakit yang amat luar biasa. Disamping anak tersebut,
kulihat wanita cantik yang memberi
semangat kepadanya, kupikir wanita tersebut adalah Ibunya. Lalu anak tersebut
digiring menggunakan kursi roda ke sebuah ruangan. Orang-orang yang penasaran,
sama sepertiku perlahan mulai pergi. Aku terdiam, aroma obat yang sangat kental memenuhi hidung
mungilku. Aku tersadar dari lamunanku dan segera menuju ruangan Dr Haris yang
mungkin sudah menungguku. Setelah menunggu begitu lama tiba giliranku untuk berkonsultasi dan
tes darah.
“Apakah kamu sudah siap ?” Tanya Dokter Haris.
“Kalau boleh jujur Dokter, sebenarnya. Saya takut, saya sering bertanya-tanya dalam hati apakah saya masih bisa hidup lama dengan satu ginjal? Tapi mau bagaimana lagi, diluar sana ada orang yang memperjuangkan hidupnya dengan ginjal bahkan keduanya sudah hampir tak berfungsi”.
“Sekarang kamu mau bagaimana, coba sekarang kamu pikirkan matang-matang. Apakah kamu siap dan sanggup hidup dengan satu ginjal ?. Kamu tak boleh beraktivitas terlalu berat dan melelahkan. Coba kamu bicarakan hal ini dengan orang tua kamu, bagaimana pun juga orang tua kamu harus mengetahui hal ini.”
“Saya sudah tidak mempunyai orang tua, mereka meninggal 3tahun yang lalu. Baiklah Dok saya siap, menanggung segala resiko yang akan saya hadapi”.
Dengan penuh keyakinan aku didampingi Dr Haris, memantapkan langkahku menuju sebuah ruangan yang aku sendiri tak tau itu tempat apa.
“Kamu sudah siap Leni ?” ujar Dokter Haris
“Saya sangat siap, Dok. Hanya satu permintaan saya, janjilah pada saya jangan katakan identitas saya kepada orang yang mendapatkan ginjal saya”
“Tapi bagaimana jika keluarga Pak Novan ingin bertemu dan mengucapkan terimakasih kepadamu ?”
“Saya tak menginginkan apa-apa dari orang tersebut, saya hanya menginginkan istri Pak Novan bisa sembuh dan tetap hidup dengan orang yang dia sayang dan bisa hidup bahagia dengan orang yang selalu sayang padanya.
“Tapi kata Pak Novan, beliau janji akan memberikan hadiah kepada orang yang mendonorkan ginjal kepada istrinya”
“Saya tak menginginkan hadiah apapun Dok, saya melakukan smua ini dengan iIkhlas tanpa mengharap imbalan apapun”
“Tetapi Pasca oprasi keluarga beliau ingin bertemu denganmu sebelum sesuatu hal yang tidak diinginkan.”
“Apakah kamu sudah siap ?” Tanya Dokter Haris.
“Kalau boleh jujur Dokter, sebenarnya. Saya takut, saya sering bertanya-tanya dalam hati apakah saya masih bisa hidup lama dengan satu ginjal? Tapi mau bagaimana lagi, diluar sana ada orang yang memperjuangkan hidupnya dengan ginjal bahkan keduanya sudah hampir tak berfungsi”.
“Sekarang kamu mau bagaimana, coba sekarang kamu pikirkan matang-matang. Apakah kamu siap dan sanggup hidup dengan satu ginjal ?. Kamu tak boleh beraktivitas terlalu berat dan melelahkan. Coba kamu bicarakan hal ini dengan orang tua kamu, bagaimana pun juga orang tua kamu harus mengetahui hal ini.”
“Saya sudah tidak mempunyai orang tua, mereka meninggal 3tahun yang lalu. Baiklah Dok saya siap, menanggung segala resiko yang akan saya hadapi”.
Dengan penuh keyakinan aku didampingi Dr Haris, memantapkan langkahku menuju sebuah ruangan yang aku sendiri tak tau itu tempat apa.
“Kamu sudah siap Leni ?” ujar Dokter Haris
“Saya sangat siap, Dok. Hanya satu permintaan saya, janjilah pada saya jangan katakan identitas saya kepada orang yang mendapatkan ginjal saya”
“Tapi bagaimana jika keluarga Pak Novan ingin bertemu dan mengucapkan terimakasih kepadamu ?”
“Saya tak menginginkan apa-apa dari orang tersebut, saya hanya menginginkan istri Pak Novan bisa sembuh dan tetap hidup dengan orang yang dia sayang dan bisa hidup bahagia dengan orang yang selalu sayang padanya.
“Tapi kata Pak Novan, beliau janji akan memberikan hadiah kepada orang yang mendonorkan ginjal kepada istrinya”
“Saya tak menginginkan hadiah apapun Dok, saya melakukan smua ini dengan iIkhlas tanpa mengharap imbalan apapun”
“Tetapi Pasca oprasi keluarga beliau ingin bertemu denganmu sebelum sesuatu hal yang tidak diinginkan.”
“Oke dok saya akan menemui
keluarg tersebut.”
“Kamu dermawan sekali Leni, sayaterharu
mendengarnya. kalau boleh tau apa yang membuatmu bersih keras akan mendonorkan
ginjalmu tanpa mengharapkan imbalan apapun ?”
****
Dulu Aku adalah anak orang kaya, Anak
tunggal yang selalu hidup dengan barang-barang mewah yang berharga puluhan juta
rupiah. Supir, pembatu, uang, barang mewah, semuanya aku punya. Setiap hari
kerjaanku hanyalah menghambur-hamburkan uang orangtuaku tanpa memikirkan
bagaimana orang tuaku mendapatkan uang dari mana dan kerja apa. Yang kupikirkan
hanyalah kesenangan. Bagiku shopping, jalan-jalan sangat penting daripada harus
menghabiskan waktu di rumah untuk membaca buku, ahh itu membuatku bosan. Pernah
sekali aku memikirkan jika orang tuaku sudah tidak memiliki asset dan uang
sepeserpun, aku harus tinggal dimana. Tapi aku tak mengambil pusing lamunanku
itu karena bagiku itu tidak akan terjadi di hidupku, Allah sayang sama aku, Allah
sudah memberi semua yang aku mau.
Papa Mama gak pernah memperdulikan
aku, aku sedang dimana ataupun sedang apa? Mereka tidak terlalu memikirkan,
yang mereka pikirkan hanyalah kerja, kerja dan kerja. Waktu weekend pun mereka
gak ada waktu buat aku. Mungkin mereka pikir fasilitas yang cukup udah membuatku
bahagia. Maka dari itu aku sangat suka
menghamburkan uang untuk mencari hiburan melampiaskan rasa kekesalanku.
Aku memiliki seorang sahabat yang
selalu menyayangiku, selalu perhatianpadaku, dan dia tidak pernah nuntut
barang-barang mewah dari aku. Namanya Rara, bagi Rara melihatku tersenyum sudah
membuat dia senang, maklum aja Rara tau kalau orang tuaku tak ada waktu untuk
meluangkan waktunya. Pernah suatu hari Rara menasehatiaku agar aku tidak hidup
boros dan menghambur-hamburkan uang orangtuaku, tapi aku gak terlalu memperdulikan
perkataan dia.
Seminggu
setelah rara bicara seperti itu orang tuaku pamit ke Singapore karena ada
pekerjaan mendadak, dan aku pun gak terlalu sedih, karena sudah biasa
ditinggal. 5jam kemudian aku mendapatkan kabar telah teradi kecelakaan pesawat
penerbangan Jakarta – Singapore dan aku segera ke rumah Rara dan ngajak dia
untuk memastikan keadaan orangtuaku. Seminggu setelah kecelakaan pesawat, aku
mendapatkan kabar tragis tentang orangtuaku bahwa keadaan orang tuaku semakin
kritis dan harus segera dioprasi. biaya oprasi mencapai ratusan juta rupiah dan
Aku pun binggung mendapatkan uang dari mana. Akhirnya aku menjual beberapa
asset orangtuaku tapi oprasi pertama tidak membawakan hasil yang memuaskan dan
akhirnya tanpa pikir panjang aku menjual rumah Mewah yang selama ini aku
tempati untuk biaya operasi dan rumah sakit. 3hari pasca operasi bukan kabar
baik yang menyatakan orangtuaku keadaannya membaik, melainkan berita duka bahwa
kedua orang tuaku telah meninggal dunia. Aku semakin terpuruk dan binggung
harus tinggal dimana, setelah jenazah kedua orang tuaku dimakamkan. Untung Rara
berniat baik mengajakku untuk tinggal dirumahnya selama yang aku mau tapi aku
sadar diri bahwa aku tak mungkin tinggal lama di rumah Rara, karena aku udah
begitu sering merepotkan dia. Akhirnya aku memutuskan untuk meminjam beberapa
ratus ribu uang untuk aku mencari tempat tinggal dan biaya hidupku. Tanpa
merasa dibebani Rarapun meminjamkan beberapa lembar uang berwarna merah itu
kepadaku. Aku pun segera merapikan barangku dan bergegas meninggalkan rumah
Rara.
Setelah hampir 3jam aku menelusuri
jalanan untuk mendapatkan tempat tinggal yang murah, dipinggir jalan aku melihat
ada seorang lelaki sedang menempelkan lembaran di tembok pinggir jalan,
kudekati lelaki tersebut siapa tau beliau sedang memerlukan bantuan.
“Permisi Mas, ada yang bisa saya
bantu ? kelihatannya mas lagi repot sekali” ujarku kepada lelaki itu
“Oh tidak mbak, Terimakasih. Saya hanya menempelkan kertas untuk mencari pendonor Ginjal untuk majikan saya, apakah Mbak mau menjadi pendonor untuk majikan saya, jika Mbak mau majikan saya akan memberikan mbak hadiah apa aja yang mbak Mau” kata lelaki tersebut yang kedengarannya seperti tawaran menarik.
“Oh tidak mbak, Terimakasih. Saya hanya menempelkan kertas untuk mencari pendonor Ginjal untuk majikan saya, apakah Mbak mau menjadi pendonor untuk majikan saya, jika Mbak mau majikan saya akan memberikan mbak hadiah apa aja yang mbak Mau” kata lelaki tersebut yang kedengarannya seperti tawaran menarik.
“hem, saya mau pikir pikir dulu mas.
Boleh saya minta 1lembar ?.”
“oh boleh silahkan saja mbak, nanti
jika Mbak berubah pikiran bisa langsung hubungin nomer yang ada di kertas ini
ya.”
“Oke mas”
Aku pun bergegas pergi meninggalkan
seorang lalaki itu. Dan tak jauh dari tempat aku bertemu lelaku itu aku
mendapatkan tempat kos putri yang menawarkan banyak fasilitas menarik dengan
harga murah. Aku pun segera menuju ke rumah ibu yang memiliki tempat kos
tersebut. Untung saja masih ada 1kamar kosong. Akhirnya aku mendapatkan tempt
tinggal dan aku pun segera merebahkan badanku untuk istrahat. Maklum udah
hampir 4jam aku menelusuri jalanan Surabaya. Sembari aku beristirahat dan
merapikan barangku. Aku masih memikirkan tentang donor jantung tersebut dan aku
ragu apakah saya bisa melalukan dan sebelum saya ke Rs ini saya juga sudah
memikirkan konsekuensinya hidup dengan menggunakan 1 ginjal saja. Itulah Dok
cerita saya kenapa saya bisa sampai disini.
****
“Cerita kamu membuat saya terharu,
lalu bagaimana rencana kamu kedepannya dengan 1ginjal tersebut ?” Ujar dokter
Haris
“Entahlah Dok, saya masih binggung.
Saya tak tau harus bagaimana. Tetapi saya sudah yakin sama Donor gingal ini
saya akan melalukannya agar wanita yang saya bantu ini bisa sembuh”
“Oke berhubung data kamu sudah cocok
semua, kalau begitu kamu silahkan Tandatangan kontrak ini dan selama satu
minggu ini kamu harus rutin datang ke RS ini untuk periksa darah dan kondisi.”
Ujar Dokter Haris
Selama satu minggu aku rutin mendatangi
RS untuk periksa darah. Dan aku siap untuk Oprasi hari Senin. pada hari Minggu
Dokter Haris mengatakan padaku bahwa perempuan yang akan mendapatkan ginjalku
ingin bertemu denganku. Akupun mengatakan iya pada dokter haris, karena biar
bagaimana pun aku harus mengetahui siapa yang akan mendapatkan ginjalku ini.
Tak lama dokter haris mengajakku ke suatu rungan yang aku tak tau itu rungan
apa. Aku memantapkan langkahku untuk membuka ruangan tersebut
“Sudah siap Leni ? di dalam ruangan
ini ada keluarga yang akan mendapatkan ginjalmu.” Ujar Doker Haris
“Bismillah, saya siap dokter”
Kulihat seorang Ibu-Ibu separuh baya
beserta suami dan anaknya sedang menungu sosok wanita yang akan merubah keadaan
ibu tersebut, yaitu aku. Tampak dari kejauhan rupanya aku mengelan keluarga ini
dan aku merasa sudah dekat sekali dengan keluarga ini. Tak beberapa lama
kemudian aku tersadar dari lamunanku.
“keluarga Pak Novan ini perempuan
yang ingin mendonorkan gingalnya” Ujar Dokter Haris.
Karena panasaran satu keluarga ini
membalikkan badanya dan menatap wajahku dalam dalam. Dan perasaan yang
mengatakan bahwa aku mengenali keluarga ini terjawab sudah bahwa yang akan
mendapatkan ginjalku adalah Mamanya RARA. Keluarga rara pun menghampiriku dan
memelukku seakan-akan aku sudah menjadi anggota keluarganya.
Hari yang ditunggu untuk keluarganya
Rara pun tiba, hari dimana oprasi donor ginjal dilaksanakan. Aku menuju tempat
oprasi duluan, setelah itu tak lama kemudian Mama Rara menyusul. 8jam sudah
kami berada di ruang oprasi. Alhamdulillah oprasi berjalan lancar dan aku
kemudian dipindahkan ke satu kamar. Sehari pasca oprasi keluarga Rara menuju ke
kamar ku dan menyampaikan niat baiknya untuk Mengadopsi saya sebagai anak
angkatnya dan memenuh kebutuhan hidup saya. Sebenernya aku melolak, karena dari
awal aku udah memikirkan bahwa saya tidak meginginkan apa-apa. Tetapi keluarga
Rara memaksa akhirnya saya menyetujui dan setelah beberpa hari pasca oprasi
saya merapikan barang di kos dan berpindah ke rumah rara. Akhirnya aku memiliki
keluarga yang sayang sama aku. Dan kami hidup bersama bahagia..
***
END ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar