Jumat, 06 Desember 2013

Ikhlas



            Di Rumah Sakit Pelita Bangsa, kulihat beberapa perawat dan dokter meributkan sesuatu. Aku pun penasaran, dengan hati-hati kudekati kerumunan tersebut. Kulihat anak kecil tergeletak lemah tak berdaya, berlumuran darah dan mengerang kesakitan. Dapat ku rasakan jika anak tersebut menahan sakit  yang amat luar biasa. Disamping anak tersebut,  kulihat wanita cantik yang memberi semangat kepadanya, kupikir wanita tersebut adalah Ibunya. Lalu anak tersebut digiring menggunakan kursi roda ke sebuah ruangan. Orang-orang yang penasaran, sama sepertiku perlahan mulai pergi. Aku terdiam,  aroma obat yang sangat kental memenuhi hidung mungilku. Aku tersadar dari lamunanku dan segera menuju ruangan Dr Haris yang mungkin sudah menungguku. Setelah menunggu begitu  lama tiba giliranku untuk berkonsultasi dan tes darah.
            “Apakah kamu sudah siap ?”  Tanya Dokter Haris.
            “Kalau boleh jujur Dokter, sebenarnya. Saya takut, saya sering bertanya-tanya dalam hati apakah saya masih bisa hidup lama dengan satu ginjal?  Tapi mau  bagaimana lagi, diluar sana ada orang yang memperjuangkan hidupnya dengan ginjal bahkan keduanya sudah hampir tak berfungsi”.
            “Sekarang kamu mau bagaimana, coba sekarang kamu pikirkan matang-matang. Apakah kamu siap dan sanggup hidup dengan satu ginjal ?. Kamu tak boleh beraktivitas terlalu berat dan melelahkan. Coba kamu bicarakan hal ini dengan orang tua kamu, bagaimana pun juga orang tua kamu harus mengetahui hal ini.”
            “Saya sudah tidak mempunyai orang tua, mereka meninggal 3tahun yang lalu. Baiklah  Dok saya siap, menanggung segala resiko yang akan saya hadapi”.
            Dengan penuh keyakinan aku didampingi Dr Haris, memantapkan langkahku menuju sebuah ruangan yang aku sendiri tak tau itu tempat apa.
            “Kamu sudah siap Leni ?” ujar Dokter Haris
            “Saya sangat siap, Dok. Hanya satu permintaan saya, janjilah pada saya jangan katakan identitas saya kepada orang yang mendapatkan ginjal saya”
            “Tapi bagaimana jika keluarga Pak Novan ingin bertemu dan mengucapkan terimakasih kepadamu ?”
            “Saya tak menginginkan apa-apa dari orang tersebut,  saya hanya menginginkan istri Pak Novan bisa sembuh dan tetap hidup dengan orang yang dia sayang dan bisa hidup bahagia dengan orang yang selalu sayang padanya.
            “Tapi kata Pak Novan, beliau janji akan memberikan hadiah kepada orang yang mendonorkan ginjal kepada istrinya”
            “Saya tak menginginkan hadiah apapun Dok, saya melakukan smua ini dengan iIkhlas tanpa mengharap imbalan apapun”
            “Tetapi Pasca oprasi keluarga beliau ingin bertemu denganmu sebelum sesuatu hal yang tidak diinginkan.”
“Oke dok saya akan menemui keluarg tersebut.”
“Kamu dermawan sekali Leni, sayaterharu mendengarnya. kalau boleh tau apa yang membuatmu bersih keras akan mendonorkan ginjalmu tanpa mengharapkan imbalan apapun ?”
****
            Dulu Aku adalah anak orang kaya, Anak tunggal yang selalu hidup dengan barang-barang mewah yang berharga puluhan juta rupiah. Supir, pembatu, uang, barang mewah, semuanya aku punya. Setiap hari kerjaanku hanyalah menghambur-hamburkan uang orangtuaku tanpa memikirkan bagaimana orang tuaku mendapatkan uang dari mana dan kerja apa. Yang kupikirkan hanyalah kesenangan. Bagiku shopping, jalan-jalan sangat penting daripada harus menghabiskan waktu di rumah untuk membaca buku, ahh itu membuatku bosan. Pernah sekali aku memikirkan jika orang tuaku sudah tidak memiliki asset dan uang sepeserpun, aku harus tinggal dimana. Tapi aku tak mengambil pusing lamunanku itu karena bagiku itu tidak akan terjadi di hidupku, Allah sayang sama aku, Allah sudah memberi semua yang aku mau.
            Papa Mama gak pernah memperdulikan aku, aku sedang dimana ataupun sedang apa? Mereka tidak terlalu memikirkan, yang mereka pikirkan hanyalah kerja, kerja dan kerja. Waktu weekend pun mereka gak ada waktu buat aku. Mungkin mereka pikir fasilitas yang cukup udah membuatku bahagia.  Maka dari itu aku sangat suka menghamburkan uang untuk mencari hiburan melampiaskan rasa kekesalanku.
            Aku memiliki seorang sahabat yang selalu menyayangiku, selalu perhatianpadaku, dan dia tidak pernah nuntut barang-barang mewah dari aku. Namanya Rara, bagi Rara melihatku tersenyum sudah membuat dia senang, maklum aja Rara tau kalau orang tuaku tak ada waktu untuk meluangkan waktunya. Pernah suatu hari Rara menasehatiaku agar aku tidak hidup boros dan menghambur-hamburkan uang orangtuaku, tapi aku gak terlalu memperdulikan perkataan dia.
            Seminggu setelah rara bicara seperti itu orang tuaku pamit ke Singapore karena ada pekerjaan mendadak, dan aku pun gak terlalu sedih, karena sudah biasa ditinggal. 5jam kemudian aku mendapatkan kabar telah teradi kecelakaan pesawat penerbangan Jakarta – Singapore dan aku segera ke rumah Rara dan ngajak dia untuk memastikan keadaan orangtuaku. Seminggu setelah kecelakaan pesawat, aku mendapatkan kabar tragis tentang orangtuaku bahwa keadaan orang tuaku semakin kritis dan harus segera dioprasi. biaya oprasi mencapai ratusan juta rupiah dan Aku pun binggung mendapatkan uang dari mana. Akhirnya aku menjual beberapa asset orangtuaku tapi oprasi pertama tidak membawakan hasil yang memuaskan dan akhirnya tanpa pikir panjang aku menjual rumah Mewah yang selama ini aku tempati untuk biaya operasi dan rumah sakit. 3hari pasca operasi bukan kabar baik yang menyatakan orangtuaku keadaannya membaik, melainkan berita duka bahwa kedua orang tuaku telah meninggal dunia. Aku semakin terpuruk dan binggung harus tinggal dimana, setelah jenazah kedua orang tuaku dimakamkan. Untung Rara berniat baik mengajakku untuk tinggal dirumahnya selama yang aku mau tapi aku sadar diri bahwa aku tak mungkin tinggal lama di rumah Rara, karena aku udah begitu sering merepotkan dia. Akhirnya aku memutuskan untuk meminjam beberapa ratus ribu uang untuk aku mencari tempat tinggal dan biaya hidupku. Tanpa merasa dibebani Rarapun meminjamkan beberapa lembar uang berwarna merah itu kepadaku. Aku pun segera merapikan barangku dan bergegas meninggalkan rumah Rara.
            Setelah hampir 3jam aku menelusuri jalanan untuk mendapatkan tempat tinggal yang murah, dipinggir jalan aku melihat ada seorang lelaki sedang menempelkan lembaran di tembok pinggir jalan, kudekati lelaki tersebut siapa tau beliau sedang memerlukan bantuan.
            “Permisi Mas, ada yang bisa saya bantu ? kelihatannya mas lagi repot sekali” ujarku kepada lelaki itu
            “Oh tidak mbak, Terimakasih. Saya hanya menempelkan kertas untuk mencari pendonor Ginjal untuk majikan saya, apakah Mbak mau menjadi pendonor untuk majikan saya, jika Mbak mau majikan saya akan memberikan mbak hadiah apa aja yang mbak Mau” kata lelaki tersebut yang kedengarannya seperti tawaran menarik.
            “hem, saya mau pikir pikir dulu mas. Boleh saya minta 1lembar ?.”
            “oh boleh silahkan saja mbak, nanti jika Mbak berubah pikiran bisa langsung hubungin nomer yang ada di kertas ini ya.”
            “Oke mas”
            Aku pun bergegas pergi meninggalkan seorang lalaki itu. Dan tak jauh dari tempat aku bertemu lelaku itu aku mendapatkan tempat kos putri yang menawarkan banyak fasilitas menarik dengan harga murah. Aku pun segera menuju ke rumah ibu yang memiliki tempat kos tersebut. Untung saja masih ada 1kamar kosong. Akhirnya aku mendapatkan tempt tinggal dan aku pun segera merebahkan badanku untuk istrahat. Maklum udah hampir 4jam aku menelusuri jalanan Surabaya. Sembari aku beristirahat dan merapikan barangku. Aku masih memikirkan tentang donor jantung tersebut dan aku ragu apakah saya bisa melalukan dan sebelum saya ke Rs ini saya juga sudah memikirkan konsekuensinya hidup dengan menggunakan 1 ginjal saja. Itulah Dok cerita saya kenapa saya bisa sampai disini.
****
            “Cerita kamu membuat saya terharu, lalu bagaimana rencana kamu kedepannya dengan 1ginjal tersebut ?” Ujar dokter Haris
            “Entahlah Dok, saya masih binggung. Saya tak tau harus bagaimana. Tetapi saya sudah yakin sama Donor gingal ini saya akan melalukannya agar wanita yang saya bantu ini bisa sembuh”
            “Oke berhubung data kamu sudah cocok semua, kalau begitu kamu silahkan Tandatangan kontrak ini dan selama satu minggu ini kamu harus rutin datang ke RS ini untuk periksa darah dan kondisi.” Ujar Dokter Haris
            Selama satu minggu aku rutin mendatangi RS untuk periksa darah. Dan aku siap untuk Oprasi hari Senin. pada hari Minggu Dokter Haris mengatakan padaku bahwa perempuan yang akan mendapatkan ginjalku ingin bertemu denganku. Akupun mengatakan iya pada dokter haris, karena biar bagaimana pun aku harus mengetahui siapa yang akan mendapatkan ginjalku ini. Tak lama dokter haris mengajakku ke suatu rungan yang aku tak tau itu rungan apa. Aku memantapkan langkahku untuk membuka ruangan tersebut
            “Sudah siap Leni ? di dalam ruangan ini ada keluarga yang akan mendapatkan ginjalmu.” Ujar Doker Haris
            “Bismillah, saya siap dokter”
            Kulihat seorang Ibu-Ibu separuh baya beserta suami dan anaknya sedang menungu sosok wanita yang akan merubah keadaan ibu tersebut, yaitu aku. Tampak dari kejauhan rupanya aku mengelan keluarga ini dan aku merasa sudah dekat sekali dengan keluarga ini. Tak beberapa lama kemudian aku tersadar dari lamunanku.
            “keluarga Pak Novan ini perempuan yang ingin mendonorkan gingalnya” Ujar Dokter Haris.
            Karena panasaran satu keluarga ini membalikkan badanya dan menatap wajahku dalam dalam. Dan perasaan yang mengatakan bahwa aku mengenali keluarga ini terjawab sudah bahwa yang akan mendapatkan ginjalku adalah Mamanya RARA. Keluarga rara pun menghampiriku dan memelukku seakan-akan aku sudah menjadi anggota keluarganya.
            Hari yang ditunggu untuk keluarganya Rara pun tiba, hari dimana oprasi donor ginjal dilaksanakan. Aku menuju tempat oprasi duluan, setelah itu tak lama kemudian Mama Rara menyusul. 8jam sudah kami berada di ruang oprasi. Alhamdulillah oprasi berjalan lancar dan aku kemudian dipindahkan ke satu kamar. Sehari pasca oprasi keluarga Rara menuju ke kamar ku dan menyampaikan niat baiknya untuk Mengadopsi saya sebagai anak angkatnya dan memenuh kebutuhan hidup saya. Sebenernya aku melolak, karena dari awal aku udah memikirkan bahwa saya tidak meginginkan apa-apa. Tetapi keluarga Rara memaksa akhirnya saya menyetujui dan setelah beberpa hari pasca oprasi saya merapikan barang di kos dan berpindah ke rumah rara. Akhirnya aku memiliki keluarga yang sayang sama aku. Dan kami hidup bersama bahagia..
*** END ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar